Pengujian Produk Migas
METODE PENGUJIAN PRODUK MIGAS
DENSITAS, BERAT JENIS DAN GRAVITAS API
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan densitas minyak (massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu), Berat jenis (perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu) dan Gravitas API (besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel dengan suhu tertentu dituang dalam tabung yang memiliki suhu yang kira-kira sama dengan suhu sampel, kemudian masukan hydrometer yang mempunyai skala densitas, berat jenis atau gravitas API dengan pelan-pelan dalam sampel dan tekan kira-kira 2 skala ke dalam cairan kemudian lepaskan dan biarkan mengapung dengan bebas, setelah itu lakukan pembacaan. Pembacaan yang benar adalah pembacaan titik pada skala hidrometer dimana permukaan cairan memotong skala.
Harga yang diperoleh harus dikembalikan ke suhu 15°C (60°F), dengan menggunakan Petroleum Measurement Tables, ASTM D 1250-80. Hasil pengujian paling teliti jika dilakukan pada suhu yang sama dengan temperatur standar 150C (600F).
Untuk menentukan Gravitas API digunakan rumus sebagai berikut :
API ,der = (141,5 : s.g (60/600 F)) - 131,5
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan densitas minyak (massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu), Berat jenis (perbandingan antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu) dan Gravitas API (besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel dengan suhu tertentu dituang dalam tabung yang memiliki suhu yang kira-kira sama dengan suhu sampel, kemudian masukan hydrometer yang mempunyai skala densitas, berat jenis atau gravitas API dengan pelan-pelan dalam sampel dan tekan kira-kira 2 skala ke dalam cairan kemudian lepaskan dan biarkan mengapung dengan bebas, setelah itu lakukan pembacaan. Pembacaan yang benar adalah pembacaan titik pada skala hidrometer dimana permukaan cairan memotong skala.
Harga yang diperoleh harus dikembalikan ke suhu 15°C (60°F), dengan menggunakan Petroleum Measurement Tables, ASTM D 1250-80. Hasil pengujian paling teliti jika dilakukan pada suhu yang sama dengan temperatur standar 150C (600F).
Untuk menentukan Gravitas API digunakan rumus sebagai berikut :
API ,der = (141,5 : s.g (60/600 F)) - 131,5
TEKANAN UAP REID ASTM D 323-90
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan tekanan uap absolut minyak mentah yang volatil dan hasil minyak bumi yang volatil, kecuali LPG.
Ringkasan Metode :
Uji ini dilakukan dengan mengisi ruangan bensin sampai penuh dengan contoh yang sebelumnya telah didinginkan. Ruangan bensin kemudian dihubungkan dengan ruangan udara yang bersuhu 100°F dan manometer dan selanjutnya rangkaian alat ini direndam di dalam penangas air yang mempunyai suhu tetap yaitu 37,8 + 0,1 °C atau 100 + 0,2 °F. Secara periodik rangkaian alat ini dikeluarkan dari penangas air dan digojok sampai akhirnya manometer menunjukkan harga tekanan keseimbangan yang tetap yang merupakan tekanan uap Reid contoh. Pembacaan manometer yang sesuai dengan tekanan uap, yang terbaca pada manometer yang terpasang pada alat setelah dikenakan koreksi apabila suhu ruang udara bukan 100°F adalah tekanan uap Reid.
DISTILASI PRODUK MINYAK BUMI ASTM D 86-78
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan IBP/Initial Boiling Point (temperatur dimana terjadi tetesan pertama dari ujung kondensor) dan EP/End point (temperatur tertinggi selama proses pengujian biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan/sampel dari dasar labu) yang dikenakan pada produk minyak bumi seperti Premium, Avtur, Kerosin, dll.
Ringkasan Metode :
Contoh sebanyak 100 ml didistilasi pada kondisi tertentu. Selama distilasi dilakukan pengamatan dan pencatatan suhu termometer dan volume distilat yang tertampung secara sistematik.
Yang perlu dilaporkan dalam uji distilasi ini yaitu :
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan tekanan uap absolut minyak mentah yang volatil dan hasil minyak bumi yang volatil, kecuali LPG.
Ringkasan Metode :
Uji ini dilakukan dengan mengisi ruangan bensin sampai penuh dengan contoh yang sebelumnya telah didinginkan. Ruangan bensin kemudian dihubungkan dengan ruangan udara yang bersuhu 100°F dan manometer dan selanjutnya rangkaian alat ini direndam di dalam penangas air yang mempunyai suhu tetap yaitu 37,8 + 0,1 °C atau 100 + 0,2 °F. Secara periodik rangkaian alat ini dikeluarkan dari penangas air dan digojok sampai akhirnya manometer menunjukkan harga tekanan keseimbangan yang tetap yang merupakan tekanan uap Reid contoh. Pembacaan manometer yang sesuai dengan tekanan uap, yang terbaca pada manometer yang terpasang pada alat setelah dikenakan koreksi apabila suhu ruang udara bukan 100°F adalah tekanan uap Reid.
DISTILASI PRODUK MINYAK BUMI ASTM D 86-78
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan IBP/Initial Boiling Point (temperatur dimana terjadi tetesan pertama dari ujung kondensor) dan EP/End point (temperatur tertinggi selama proses pengujian biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan/sampel dari dasar labu) yang dikenakan pada produk minyak bumi seperti Premium, Avtur, Kerosin, dll.
Ringkasan Metode :
Contoh sebanyak 100 ml didistilasi pada kondisi tertentu. Selama distilasi dilakukan pengamatan dan pencatatan suhu termometer dan volume distilat yang tertampung secara sistematik.
Yang perlu dilaporkan dalam uji distilasi ini yaitu :
- Titik didih awal (initial boiling point/IBP), yaitu suhu di mana distilat pertama-tama menetes dari ujung kondensor.
- Suhu pada berbagai persentase distilasi, yaitu pada: 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 95% distilasi.
- Titik didih akhir (end point EP menurut ASTM atau final boiling point FBP menurut IP), yaitu suhu tertinggi yang dicapai selama uji, yang biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan dari dasar labu.
- Dry point, yaitu pembacaan termometer yang diamati pada saat tetes terakhir cairan menguap dari bagian bawah labu.
- Persen perolehan (percent recovery), yaitu persentase volum kondensat yang tertampung dalam gelas ukur penerima.
- Persen residu (percent residue), yaitu persentase volum residu yang tertinggal dalam labu.
- Persen perolehan total (percent total recovery), yaitu jumlah persen perolehan dan persen residu.
- Persen kehilangan (percent loss), yaitu 100 dikurangi dengan persen perolehan total.
- Persen teruapkan (percent evaporated), yaitu jumlah persen perolehan dengan persen kehilangan.
- Dari data distilasi tersebut selanjutnya dapat dibuat kurve distilasi ASTM yang menunjukkan hubungan suhu dengan persen penguapan pada kondisi uji.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan flash point/titik nyala (suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya dalam campurannya dengan udara akan menyala kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu) dan fire point/titik bakar (suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus menerus kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Ada tiga macam alat uji yang dapat digunakan untuk menentukan flash point dan fire point minyak bumi dan produknya, yaitu:
Untuk menentukan flash point/titik nyala (suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya dalam campurannya dengan udara akan menyala kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu) dan fire point/titik bakar (suhu terendah di mana uap minyak bumi dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus menerus kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi tertentu) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Ada tiga macam alat uji yang dapat digunakan untuk menentukan flash point dan fire point minyak bumi dan produknya, yaitu:
- Alat uji cawan terbuka Cleveland (ASTM D 92-90; IP 36/84) yang dapat digunakan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar semua produk minyak bumi, kecuali minyak bakar yang mempunyai titik nyala cawan terbuka dibawah 79°C (175 °F).
- Alat uji cawan tertutup Pensky-Martens (ASTM D 93-80; IP 34/85) yang dapat digunakan untuk menentukan titik nyala minyak bakar, minyak pelumas dan suspensi padatan.
- Alat uji cawan tertutup Abel (IP 170/75), yang dapat digunakan untuk menentukan titik nyala produk minyak bumi yang mempunyai titik nyala antara-18 °C (0°F) dan 71°C (160°F).
WARNA PRODUK MINYAK BUMI
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan warna produk minyak bumi, seperti bensin motor dan pesawat terbang yang tidak diberi zat warna, bahan bakar jet, nafta dan kerosin. Disamping itu juga malam parafin dan minyak putih farmasi.
Ringkasan Metode :
Pemeriksaan warna (color) produk minyak bumi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam kolorimeter, antara lain dengan:
Dalam menentukan warna dengan tintometer Lovibond ada dua macam metoda. Metoda A yang menggunakan warna baku Lovibond dan Metoda B yang menggunakan gelas baku IP. Warna Saybolt harganya berkisar dari-16 (warna paling gelap) sampai +30 (warna paling terang) dengan interval satu satuan skala warna. Dengan mengetahui tinggi contoh yang ada dalam tabung contoh dan lempeng warna baku yang digunakan (lempeng warna baku penuh dan lempeng warna baku
Warna ASTM berkisar dari 0 (warna paling terang) sampai 8 (warna paling gelap) dengan interval setengah satuan skala warna. Warna ASTM sesuatu contoh ditentukan dengan membandingkan warna contoh dengan warna baku, sampai diperoleh warna yang cocok. Apabila warna contoh terletak antara dua skala warna, misalnya antara 5 dan 5,5 maka selalu dilaporkan warna yang lebih gelap dengan diberi imbuhan L sehingga untuk kasus ini warna contoh dilaporkan warna ASTM L 5,5. Untuk contoh yang mempunyai warna ASTM lebih gelap dari warna 8 dilaporkan warna ASTM D 8. Untuk contoh yang warnanya lebih gelap dari warna 8, contoh dapat dicampur dengan kerosin yang mempunyai warna Saybolt +21, dengan perbandingan 15 % volum contoh dan 85% volum kerosin. Untuk contoh yang diencerkan dengan kerosin, warna contoh dilaporkan dengan memberikan akhiran Dil, misalnya warna ASTM L 6,5 Dil.
Warna digunakan sebagai petunjuk tentang kesempurnaan proses pengolahan. Warna produk yang mengalami diskolorisasi dapat disebabkan karena adanya dekomposisi termal yang disebabkan karena suhu pemanasan yang terlampau tinggi atau karena terikutnya bahan yang berwarna gelap ke dalam sesuatu produk.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan warna produk minyak bumi, seperti bensin motor dan pesawat terbang yang tidak diberi zat warna, bahan bakar jet, nafta dan kerosin. Disamping itu juga malam parafin dan minyak putih farmasi.
Ringkasan Metode :
Pemeriksaan warna (color) produk minyak bumi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa macam kolorimeter, antara lain dengan:
- Tintometer Lovibond (IP 17/52), untuk menentukan warna semua produk minyak bumi baik yang diberi zat warna atau tidak, kecuali minyak hitam (black oils) dan bitumen.
- Khromometer Saybolt (ASTM D 156-87), untuk menentukan warna minyak yang telah diolah seperti bensin motor dan bensin pesawat terbang yang tidak diberi zat warna, bahan bakar propulsi jet, nafta, kerosin, malam parafin dan minyak putih farmasi (gambar 1.5).
- Kolorimeter ASTM (ASTM D 1500-87), untuk produk minyak bumi seperti minyak pelumas, minyak pemanas, bahan bakar diesel dan malam parafin (gambar 1.6).
Dalam menentukan warna dengan tintometer Lovibond ada dua macam metoda. Metoda A yang menggunakan warna baku Lovibond dan Metoda B yang menggunakan gelas baku IP. Warna Saybolt harganya berkisar dari-16 (warna paling gelap) sampai +30 (warna paling terang) dengan interval satu satuan skala warna. Dengan mengetahui tinggi contoh yang ada dalam tabung contoh dan lempeng warna baku yang digunakan (lempeng warna baku penuh dan lempeng warna baku
Warna ASTM berkisar dari 0 (warna paling terang) sampai 8 (warna paling gelap) dengan interval setengah satuan skala warna. Warna ASTM sesuatu contoh ditentukan dengan membandingkan warna contoh dengan warna baku, sampai diperoleh warna yang cocok. Apabila warna contoh terletak antara dua skala warna, misalnya antara 5 dan 5,5 maka selalu dilaporkan warna yang lebih gelap dengan diberi imbuhan L sehingga untuk kasus ini warna contoh dilaporkan warna ASTM L 5,5. Untuk contoh yang mempunyai warna ASTM lebih gelap dari warna 8 dilaporkan warna ASTM D 8. Untuk contoh yang warnanya lebih gelap dari warna 8, contoh dapat dicampur dengan kerosin yang mempunyai warna Saybolt +21, dengan perbandingan 15 % volum contoh dan 85% volum kerosin. Untuk contoh yang diencerkan dengan kerosin, warna contoh dilaporkan dengan memberikan akhiran Dil, misalnya warna ASTM L 6,5 Dil.
Warna digunakan sebagai petunjuk tentang kesempurnaan proses pengolahan. Warna produk yang mengalami diskolorisasi dapat disebabkan karena adanya dekomposisi termal yang disebabkan karena suhu pemanasan yang terlampau tinggi atau karena terikutnya bahan yang berwarna gelap ke dalam sesuatu produk.
KEKENTALAN KINEMATIC MINYAK ASTM D 445-79
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan harga viskositas kinematis yang didasarkan pada harga standar viscositas air yaitu 1,0038 cS pada 680F.
Ringkasan Metode :
Waktu dalam detik diukur untuk volume cairan tertentu yang mengalir karena gravitasi melalui pipa kapiler viskosimeter yang ditera dengan pendorong julang tertentu pada temperatur tertentu. Kekentalan kinematik adalah hasil kali waktu alir terukur dengan konstante peneraan viskosimeter.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan harga viskositas kinematis yang didasarkan pada harga standar viscositas air yaitu 1,0038 cS pada 680F.
Ringkasan Metode :
Waktu dalam detik diukur untuk volume cairan tertentu yang mengalir karena gravitasi melalui pipa kapiler viskosimeter yang ditera dengan pendorong julang tertentu pada temperatur tertentu. Kekentalan kinematik adalah hasil kali waktu alir terukur dengan konstante peneraan viskosimeter.
TITIK ASAP (SMOKE POINT)
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan titik asap/smoke point (tinggi nyala maksimum dalam millimeter di mana produk minyak bumi terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat uji baku pada kondisi tertentu/IP 57) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel yang berupa kerosin atau bahan bakar jet dibakar dalam lampu titik asap. Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai timbul asap, kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam millimeter adalah titik asap contoh. Asap terutama disebabkan oleh adanya senyawa aromat dalam bahan minyak.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan titik asap/smoke point (tinggi nyala maksimum dalam millimeter di mana produk minyak bumi terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat uji baku pada kondisi tertentu/IP 57) dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel yang berupa kerosin atau bahan bakar jet dibakar dalam lampu titik asap. Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai timbul asap, kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam millimeter adalah titik asap contoh. Asap terutama disebabkan oleh adanya senyawa aromat dalam bahan minyak.
KOROSI LEMPENG TEMBAGA ASTM D 130-88
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui sifat korosi bensin pesawat terbang, bahan bakar turbin penerbangan, bensin mobil, bensin alam dan senyawa hidrokarbon yang mempunyai RVP kurang dari 18 psi (124 kPa), bahan bakar traktor pertanian, pelarut, kerosin, bahan bakar distilat, minyak pelumas dan produk minyak bumi lainnya terhadap lempeng tembaga.
Ringkasan Metode :
Lempeng tembaga yang telah dipolis di rendam dalam sampe yang akan diuji, dan selanjutnya dipanaskan pada suhu tertentu dan lama waktu tertentu tergantung pada jenis contoh. Pada akhir pemanasan, lempeng tembaga diambil, dicuci dan kemudian dibandingkan dengan baku korosi lempeng tembaga ASTM (ASTM Copper Corrosion Standard).
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui sifat korosi bensin pesawat terbang, bahan bakar turbin penerbangan, bensin mobil, bensin alam dan senyawa hidrokarbon yang mempunyai RVP kurang dari 18 psi (124 kPa), bahan bakar traktor pertanian, pelarut, kerosin, bahan bakar distilat, minyak pelumas dan produk minyak bumi lainnya terhadap lempeng tembaga.
Ringkasan Metode :
Lempeng tembaga yang telah dipolis di rendam dalam sampe yang akan diuji, dan selanjutnya dipanaskan pada suhu tertentu dan lama waktu tertentu tergantung pada jenis contoh. Pada akhir pemanasan, lempeng tembaga diambil, dicuci dan kemudian dibandingkan dengan baku korosi lempeng tembaga ASTM (ASTM Copper Corrosion Standard).
SISA KARBON (CONDRADSON CARBON RESIDUE)
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui kecenderungan pembentukan kokas produk minyak bumi yang sukar menguap.
Ringkasan Metode :
Ada dua macam cara uji sisa karbon, yaitu: uji sisa karbon Conradson (ASTM D 189-88; IP 13/82) dan uji sisa karbon Ramsbottom (ASTM D 524-88; IP 14/82).
Uji ini diklaukan dengan jalan memanaskan dengan kuat contoh minyak yang telah diketahui beratnya dalam krus tanpa berkontak dengan udara selama waktu tertentu. Pada akhir pemanasan, krus yang mengandung residu karbon didinginkan dalam deksikator dan ditimbang, dan sisa yang tertinggal dihitung sebagai persentase dari contoh mula-mula, dan dilaporkan sebagai sisa karbon Conradson.
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui kecenderungan pembentukan kokas produk minyak bumi yang sukar menguap.
Ringkasan Metode :
Ada dua macam cara uji sisa karbon, yaitu: uji sisa karbon Conradson (ASTM D 189-88; IP 13/82) dan uji sisa karbon Ramsbottom (ASTM D 524-88; IP 14/82).
Uji ini diklaukan dengan jalan memanaskan dengan kuat contoh minyak yang telah diketahui beratnya dalam krus tanpa berkontak dengan udara selama waktu tertentu. Pada akhir pemanasan, krus yang mengandung residu karbon didinginkan dalam deksikator dan ditimbang, dan sisa yang tertinggal dihitung sebagai persentase dari contoh mula-mula, dan dilaporkan sebagai sisa karbon Conradson.
CLOUD POINT (TITIK KABUT) ASTM D 2500-88
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui titik kabut (cloud point) yang merupakan suhu tertinggi dimana kristal malam parafin akan terlihat sebagai kabut pada dasar tabung uji apabila minyak didinginkan pada kondisi tertentu dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel yang berupa produk minyak bumi didinginkan dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 1°C (2°F) diamati apakah pada dasar tabung uji terbentuk kabut. Suhu di mana pada dasar tabung uji mulai terbentuk kabut kristal malam parafin, dicatat sebagai titik kabut contoh.
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui titik kabut (cloud point) yang merupakan suhu tertinggi dimana kristal malam parafin akan terlihat sebagai kabut pada dasar tabung uji apabila minyak didinginkan pada kondisi tertentu dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel yang berupa produk minyak bumi didinginkan dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 1°C (2°F) diamati apakah pada dasar tabung uji terbentuk kabut. Suhu di mana pada dasar tabung uji mulai terbentuk kabut kristal malam parafin, dicatat sebagai titik kabut contoh.
TITIK TUANG (POUR POINT) ASTM D 97-87
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui titik tuang (pour point) yang merupakan suhu terendah di mana minyak bumi dan produknya masih dapat dituang atau mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel didinginkan dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 3°C (5°F) dilakukan uji sifat alir contoh. Suhu tertinggi di mana contoh tidak dapat mengalir, dicatat sebagai titik padat (solid point). Selanjutnya sesuai dengan definisi, titik tuang diperoleh dengan menambah 3°F (5°F) kepada titik padat.
Tujuan Analisis :
Untuk mengetahui titik tuang (pour point) yang merupakan suhu terendah di mana minyak bumi dan produknya masih dapat dituang atau mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu dari produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel didinginkan dan setiap penurunan suhu yang merupakan kelipatan 3°C (5°F) dilakukan uji sifat alir contoh. Suhu tertinggi di mana contoh tidak dapat mengalir, dicatat sebagai titik padat (solid point). Selanjutnya sesuai dengan definisi, titik tuang diperoleh dengan menambah 3°F (5°F) kepada titik padat.
BELERANG DALAM PRODUK MINYAK BUMI
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kandungan belerang dalam produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Ada beberapa macam cara untuk menentukan kandungan belerang dalam produk minyak bumi, yaitu: metode bom umum (general bomb method) ASTM D 129-64, metode lampu (lamp method) ASTM D 1266-87, metode suhu tinggi (high temperature method) ASTM 1552-88 dan spektometri sinar X (X-ray spectrometry) ASTM D 2622-87.
Di dalam metode lampu, contoh produk minyak bumi ringan seperti bensin, nafta atau kerosin dibakar dalam sistem tertutup dengan menggunakan lampu dalam atmosfer buatan yang terdiri dari 70 % karbon dioksida dan 30 % oksigen untuk mencegah terbentuknya nitrogen oksida. Oksida belerang yang terbentuk selanjutnya diserap dan dioksidasi dengan larutan hidrogen peroksida. Akhirnya belerang dalam penyerap ditentukan dengan jalan titrasi asidimetri dengan menggunakan larutan natrium hidroksida baku atau secara gravimetri dengan jalan diendapkan sebagai barium sulfat. Dengan cara yang lain contoh dapat dibakar dalam udara, dan belerang yang diubah sebagai sulfat dalam penyerap, ditentukan secara gravimetri sebagai barium sulfat.
Untuk produk minyak bumi yang lebih berat yang tidak dapat dibakar dalam lampu yang bersumbu, dapat dipakai metode bom umum atau metode suhu tinggi. Di dalam metode bom umum, contoh yang sukar menguap, seperti minyak pelumas dan gemuk, oksidasi di dalam bom yang berisi oksigen di bawah tekanan. Belerang dalam contoh, akan ditentukan secara gravimetri sebagai barium sulfat. Di dalam metode suhu tinggi yang berlaku untuk contoh yang mempunyai titik didih di atas 177 oC (350 oF), contoh dibakar dalam arus oksigen pada suhu yang cukup tinggi sehingga sekitar 97 % dari belerang dalam contoh akan berubah menjadi belerang oksid. Produk hasil pembakaran selanjutnya dilewatkan suatu penyerap yang berisi larutan kalium yodid asam dan indikator amilum. Warna biru lemah akan terjadi dalam larutan penyerap dengan penambahan larutan kalium yodat baku. Pada saat pembakaran berlangsung, warna biru akan hilang, dan diperlukan lebih banyak larutan yodat. Dengan mengetahui banyaknya larutan yodat baku yang diperlukan, dapatlah ditentukan kandungan belerang dalam contoh. Di samping menggunakan larutan baku yodat, kandungan belerang dapat juga ditentukan dengan detektor infra merah.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kandungan belerang dalam produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Ada beberapa macam cara untuk menentukan kandungan belerang dalam produk minyak bumi, yaitu: metode bom umum (general bomb method) ASTM D 129-64, metode lampu (lamp method) ASTM D 1266-87, metode suhu tinggi (high temperature method) ASTM 1552-88 dan spektometri sinar X (X-ray spectrometry) ASTM D 2622-87.
Di dalam metode lampu, contoh produk minyak bumi ringan seperti bensin, nafta atau kerosin dibakar dalam sistem tertutup dengan menggunakan lampu dalam atmosfer buatan yang terdiri dari 70 % karbon dioksida dan 30 % oksigen untuk mencegah terbentuknya nitrogen oksida. Oksida belerang yang terbentuk selanjutnya diserap dan dioksidasi dengan larutan hidrogen peroksida. Akhirnya belerang dalam penyerap ditentukan dengan jalan titrasi asidimetri dengan menggunakan larutan natrium hidroksida baku atau secara gravimetri dengan jalan diendapkan sebagai barium sulfat. Dengan cara yang lain contoh dapat dibakar dalam udara, dan belerang yang diubah sebagai sulfat dalam penyerap, ditentukan secara gravimetri sebagai barium sulfat.
Untuk produk minyak bumi yang lebih berat yang tidak dapat dibakar dalam lampu yang bersumbu, dapat dipakai metode bom umum atau metode suhu tinggi. Di dalam metode bom umum, contoh yang sukar menguap, seperti minyak pelumas dan gemuk, oksidasi di dalam bom yang berisi oksigen di bawah tekanan. Belerang dalam contoh, akan ditentukan secara gravimetri sebagai barium sulfat. Di dalam metode suhu tinggi yang berlaku untuk contoh yang mempunyai titik didih di atas 177 oC (350 oF), contoh dibakar dalam arus oksigen pada suhu yang cukup tinggi sehingga sekitar 97 % dari belerang dalam contoh akan berubah menjadi belerang oksid. Produk hasil pembakaran selanjutnya dilewatkan suatu penyerap yang berisi larutan kalium yodid asam dan indikator amilum. Warna biru lemah akan terjadi dalam larutan penyerap dengan penambahan larutan kalium yodat baku. Pada saat pembakaran berlangsung, warna biru akan hilang, dan diperlukan lebih banyak larutan yodat. Dengan mengetahui banyaknya larutan yodat baku yang diperlukan, dapatlah ditentukan kandungan belerang dalam contoh. Di samping menggunakan larutan baku yodat, kandungan belerang dapat juga ditentukan dengan detektor infra merah.
AIR DALAM PRODUK MINYAK BUMI DAN BAHAN BITUMEN LAINNYA ASTM D 95-58
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kandungan air dalam produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel dipanaskan dengan refluks dengan solvent yang tidak dapat larut dalam air, dimana solvent akan mendistilasi bersama dengan air di dalam sampel. Solvent dan air yang mengembun secara terus menerus dipisahkan dalam sebuah perangkap, dimana air akan mengendap pada bagian perangkap yang berskala sedangkan solvent akan kembali ke dalam still.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kandungan air dalam produk minyak bumi.
Ringkasan Metode :
Sampel dipanaskan dengan refluks dengan solvent yang tidak dapat larut dalam air, dimana solvent akan mendistilasi bersama dengan air di dalam sampel. Solvent dan air yang mengembun secara terus menerus dipisahkan dalam sebuah perangkap, dimana air akan mengendap pada bagian perangkap yang berskala sedangkan solvent akan kembali ke dalam still.
KADAR ABU MINYAK BUMI ASTM D 482-46
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kadar abu minyak bakar dan minyak-minyak lainnya.
Ringkasan Metode :
Sampel ditempatkan dalam cawan/krus dinyalakan dan dibiarkan terbakar sampai hanya tertinggal bahan karbon. Bahan yang tertinggal kemudian dipanaskan dengan nyala api atau di dalam dapur mafel sampai berat tetap.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan kadar abu minyak bakar dan minyak-minyak lainnya.
Ringkasan Metode :
Sampel ditempatkan dalam cawan/krus dinyalakan dan dibiarkan terbakar sampai hanya tertinggal bahan karbon. Bahan yang tertinggal kemudian dipanaskan dengan nyala api atau di dalam dapur mafel sampai berat tetap.
ANILINE POINT PRODUK MINYAK BUMI ASTM D 611-77
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan aniline point produk minyak bumi dan solvent hidrokarbon.
Ringkasan Metode :
Aniline dan sampel yang mempunyai volume tertentu ditempatkan dalam tabung dan diaduk secara mekanis. Campuran dipanaskan dengan kecepatan tertentu sampai kedua fase menjadi bercampur. Campuran kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu dan suhu dimana dua fase memisah dicatat sebagai aniline point.
Tujuan Analisis :
Untuk menentukan aniline point produk minyak bumi dan solvent hidrokarbon.
Ringkasan Metode :
Aniline dan sampel yang mempunyai volume tertentu ditempatkan dalam tabung dan diaduk secara mekanis. Campuran dipanaskan dengan kecepatan tertentu sampai kedua fase menjadi bercampur. Campuran kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu dan suhu dimana dua fase memisah dicatat sebagai aniline point.
Komentar
Posting Komentar